Apa yang salah?
ketika mereka marah
Apa yang kurang?
ketika merekamengerang
inikah ganasnya hidup ?
mengenyam janji manis yang terhirup
namun bualan yang tertangkup.
Atau kamilah yang sok bisa
merendahkanmu yang bertahta
pada kursi kuasa
merengek segenggam sejahtera
mengemis segenggam bahagia
Hingga saat terkoar kabar
bahan bakar
kau takdirkan 1 dollar
kami terkapar
Tertegunku pada demonstran
menukar nyawa demi menghadang
kejayaan bahan bakar
sebegini ricuhkah negri ini
Dimana kesatuan NKRI
(Puisi Kenaikan BBM)
Sang Pujangga
Sabtu, 14 April 2012
Jumat, 23 Maret 2012
♥ Wiski Cinta ♥
Tak mampu kumengelak.
Inikah rasa yang harus ku tenggak
wiski cintamu yang memabukkan
membuatku terbungkam
Diam.
♥
"Aku mencintaimu,
Aku ingin memilikimu
Aku ingin menjadi dewi
kala ku disandingmu."
♥
Inginku katakan bahwa
rindu menikam kala kau jauh dariku.
Namun wiski cintamu
terlalu memabukan.
Hingga ku hanya bisa
Terbungkam.
Diam.
♥ Pedih Perih ♥
Cambukan ini begitu nyeri.
Dan hanya bisa kurasa sendiri.
Mendesak paksa, jiwa raga.
Membangkitkan jiwa amara.
Namun
menghempas raga tak berdaya.
Bibirku hanya diam
membisu tanpa kata.
♥
Hanya air mata yang mampu kutaruhkan kini.
Membasuh luka laksana garam
dengan jilatan apinya.
Pedih
Perih.
Hingga Jiwa seakan teremas olehnya.
,,
aku laksana pungguk yang terpanggang
dengan samurai menusuk hatiku.
Merobeknya.
Meremuknya.
Hingga menjeritpun aku tak kuasa.
♥ Terlalu Suka ♥
Masihkah
sebulir rindu
yang dulu ku tahta pada hatimu, kau simpan ?
♥
Juakah kau rasa
getar cinta yang membara kala kita bersama?
Dan
rasakah dirimu
untuk selalu bersama denganku
seperti kini kurasakan itu?
♥
Rasakah kamu
saat kau jauh,
rindu menyentuh kalbu?
Rasakah kamu,
saat bersama,dunia seakan surga?
♥
Rasakah kamu,
saat kabar tiada, hati begitu hampa?
Dan rasakah kamu
seperti apa yang kurasa,
bahwa
aku terlalu suka?
♥♥♥
Sabtu, 10 Maret 2012
Sajak Musim Semi
Dalam lembaran-lembaran usang dunia,,
si putih dara datang berpulang,,
membawa kabar dari istana surga.
Setara gemulai tarian bayu,,
disela putihnya salju,,
tiupan symphoni membangkitkan jiwa,,
yang dulu mati,,
kini bersemi kembali.
Sepasang kupu cinta bertaut mesra,,
sang kumbang mengecup sakura dengan manja,,
dan siluet asmara berpendar,,
pada kaca benggala,,
menghipnotisnya,,
dalam sajak mula cinta,,
yang masih ranum terbingkai,,
oleh kuncup kerinduan.
Benggala termenung menahan,,
gelora cinta yang membara,,
sepelan sentuhan kasih,,
ia merentang jiwa.
Sajak musim semi,,
menabur asmara,,
pianika jiwa menjalin cinta,,
sejuta peri bunga melepas hasratnya,,
dan pangeran cahaya kembali bersabda. . .
" Meski nanti jiwaku berpulang pada istana cinta,,
namun dewi malam kan setia membingkai sajak kerinduan..."
si putih dara datang berpulang,,
membawa kabar dari istana surga.
Setara gemulai tarian bayu,,
disela putihnya salju,,
tiupan symphoni membangkitkan jiwa,,
yang dulu mati,,
kini bersemi kembali.
Sepasang kupu cinta bertaut mesra,,
sang kumbang mengecup sakura dengan manja,,
dan siluet asmara berpendar,,
pada kaca benggala,,
menghipnotisnya,,
dalam sajak mula cinta,,
yang masih ranum terbingkai,,
oleh kuncup kerinduan.
Benggala termenung menahan,,
gelora cinta yang membara,,
sepelan sentuhan kasih,,
ia merentang jiwa.
Sajak musim semi,,
menabur asmara,,
pianika jiwa menjalin cinta,,
sejuta peri bunga melepas hasratnya,,
dan pangeran cahaya kembali bersabda. . .
" Meski nanti jiwaku berpulang pada istana cinta,,
namun dewi malam kan setia membingkai sajak kerinduan..."
Menyulut Api Cinta
Hampa. . .
Memandang bentang air mata yang terhalang,,
menyesak raga,,
seolah menjeratnya,,
menimbunnya,,
menyiksanya,,
mencengkeram,,
hingga jeritanku teredam.
Cinta itu memang padam,,
Namun baranya masih menyala dalam jiwa,,
membara mencipta lubang hitam,,
mencipta magnet dilema,,
seakan penyesalan berkerumun mengabur aura.
Sungguh. . .
Aku merindukan api cinta,,
yang menyulut mesra,,
menggeliat gemulai,,
kala angin asmara membelainya,,
menari rinai,,
kala udara ketulusan menisiknya.
Sungguh. . .
Dahagaku akan hangat cinta,,
inginku pada remas jemari asmara,,
rinduku pada puja hati yang dulu ada,,
dambaku. . .
Pada pelukan sayang yang dlu berselimut rindu,,
dan mauku,,
pada juring hangat bibirmu,,
yang dulu bertahta pada selumat madu.
Aku ingin itu,,
aku ingin hangat api cinta kembali menyulutku,,
aku ingin dirimu,,
kembali dalam pelukanku. . . .
Pinta Terakhir
....
" Itu pinta terakhir sebelum aku mati.. " ucap seorang lelaki dengan borgol mengunci kedua tangannya. Secercah cahaya obor menerpa wajahnya yang tenang berwibawa.
" Jangan kira aku bodoh, membiarkan tikus menyelinap !!" Gertak Gustav mengitari Graeten hingga dentum langkahnya menggaung di penjara bawah tanah itu.
" Bukankah Istana Grasstone terlingkup sihir,, tak mungkin aku kabur dengan luka ini.."
Gustav memicingkan mata seraya mengitari sandranya...
"Baik! Tapi jika kau kabur, detik itu juga kau terima penggalan kepala anakmu!!"
" Ya... " ucap Graeten tersenyum,, " Aku tak akan mengorbankan Randy. . . "
* * *
" BraAaAaAAKk !!"
" AaaARrgghh . . !!!"
" Lari, , Ayah. . . " Ucap seseorang dari dalam ruangan tempat abdi dan sandra tadi masuk.
" BlaakK !!" Pintu terbuka,, masuklah Raja Potrezz terbelalak tak percaya. .
" Selamat Malam Tuan Potrezz,, " ucAp pemuda tampan seraya memalangkan tongkat Roseyx'nya.
" Randy. . . ??" ucap Raja Potrezz terpana,,
kepulan asap menenggelamkan senyum si Pemuda,, Hingga Raja Potrezz sadar,
hanya dia di ruangan itu,, dengan abdi tergeletak bersimbah darah, ,
dan sebuah borgol yang terbuka.
( Novel Kaysa, "The Secret of Sunset" #4, Dendam Sang Penyihir)
" Itu pinta terakhir sebelum aku mati.. " ucap seorang lelaki dengan borgol mengunci kedua tangannya. Secercah cahaya obor menerpa wajahnya yang tenang berwibawa.
" Jangan kira aku bodoh, membiarkan tikus menyelinap !!" Gertak Gustav mengitari Graeten hingga dentum langkahnya menggaung di penjara bawah tanah itu.
" Bukankah Istana Grasstone terlingkup sihir,, tak mungkin aku kabur dengan luka ini.."
Gustav memicingkan mata seraya mengitari sandranya...
"Baik! Tapi jika kau kabur, detik itu juga kau terima penggalan kepala anakmu!!"
" Ya... " ucap Graeten tersenyum,, " Aku tak akan mengorbankan Randy. . . "
* * *
" BraAaAaAAKk !!"
" AaaARrgghh . . !!!"
" Lari, , Ayah. . . " Ucap seseorang dari dalam ruangan tempat abdi dan sandra tadi masuk.
" BlaakK !!" Pintu terbuka,, masuklah Raja Potrezz terbelalak tak percaya. .
" Selamat Malam Tuan Potrezz,, " ucAp pemuda tampan seraya memalangkan tongkat Roseyx'nya.
" Randy. . . ??" ucap Raja Potrezz terpana,,
kepulan asap menenggelamkan senyum si Pemuda,, Hingga Raja Potrezz sadar,
hanya dia di ruangan itu,, dengan abdi tergeletak bersimbah darah, ,
dan sebuah borgol yang terbuka.
( Novel Kaysa, "The Secret of Sunset" #4, Dendam Sang Penyihir)
Langganan:
Postingan (Atom)